Jatuh Cinta "kasih comment dan kritik yae:0" Aku terlanjur Sayang dan mencintaimu. Sebelum bertemu Dia, aku tidak pernah pacaran atau sangat dekat dengan pria. Bahkan di antara teman cowokku terbilang terhitung dengan jari. Pernah suatu hari aku jatuh cinta dengan seorang Pria, tidak jauh dari pertautan usiaku. Mungkin ini yang dinamakan,” Cinta pada pandangan pertama“ First sight I’m Fallin in love’ Saat melihat matanya aku jatuh cinta dan langsung terasa menghujam di hatiku. Pertemuan saat itu masih terus terkenang di sanubariku. Jujur saja matanya seperti luapan kasih dari sang Ayah, ternyata memang Dia baru saja mengalami kepergiaan Ayahnya ke Sang Pencipta. Sama seperti aku yang sejak kecil sudah di tinggal oleh Ayahku. Akupun sejak itu sering mengenang pria itu, hingga menutup dan mengunci hatiku untuk pria lain selama kurang lebih 6 tahun lamanya. Mungkin itu karena masa transisiku lagi mengalami puberitas. Memang kami masih saudara dekat dan kehidupan kami berbeda sekali, hanya sama- sama ditinggal ayah saja. Aku yang terlahir yatim tanpa peninggalan warisan dan aku juga dari keluarga sederhana. Dulu kami sempat berjaya, kemudian bangkrut. Sedangkan nasibnya memang yatim juga Cuma dia berasal dari keluarga yang berada, dan berstatus sosial tinggi, maklum ayahnya seorang pejabat. Lagipula tempat tinggal kami saling berjauhan. Dia di Sumatra, sedangkan aku di Jakarta. Memang keluargaku juga asalnya dari sana, tapi sejak kematian ayahku, keluargaku merantau ke Jakarta dan mencoba memulai hidup dari nol, tanpa bekal apa-apa, tanpa peninggalan dari ayahku. Sedangkan keluarga kami keluarga besar. Entah mengapa hatiku terpaut dengan pria ini, mungkin Tuhan punya pesan yang sangat penting untukku mengenai kehidupanku. Untuk lebih memahami dan mempelajari kehidupanku ini. Karena semua tidak ada yang serba kebetulan saja. Aku yakin ada maksud Tuhan yang sangat halus dan belum aku sadari. Dengan bergulirnya waktu, keluarga kami menghadapi banyak tantangan hidup. Akupun sudah terbiasa dengan pindah-pindah sekolah ke sana ke mari, mengikuti kakak-kakakku. Kadang aku mengerjakan semua pekerjaan rumah, sebelum berangkat sekolah. Setiap hari beruntun terus menerus seperti itu. Hingga batinku terasa lelah, seakan dipaksa kondisi untuk cepat dewasa. Akupun mulai letih dan disinilah awal masa terberat bagiku. Masa- masa labil dan pancarobaku. Aku mengalami banyak pertanyaan philosophy yang muncul di kepalaku bertubi-tubi, hingga membuat kepalaku ingin rasanya meledak. Seperti pertanyaan : Siapa aku? Kenapa aku hadir di dunia ini? Siapa Tuhan, agama, syurga, neraka, iblis, akhirat dan ruh itu apa? Mungkin inilah hanya sepercik dari perjalanan hidupku, dan ini baru garis besarnya. Khusus yang ingin kusentuh bagian tentang kisah cintaku. Aku akan lanjutkan. Sebelum bertemu Dia Aku jatuh cinta dengan pria ilusi atau yang hanya jadi pacar khayalan bagiku. Cukup lama juga aku mengalami masa-masa titik terberat dalam hidupku. Aku pusing tentang semua pengalaman-pengalaman hidupku, dari semua pertanyaan- pertanyaan philosophy yang ada di kepalaku. Karena kondisi keluargaku, sekolahkupun sering berpindah-pindah , rumah dan tempat tinggalku pun berpindah-pindah. Beruntun masalah ekonomipun menuntut, belum saat itu sedang dilanda krisis ekonomi, sedang gencar-gencarnya indonesia mengalami krisis. Sekolahkupun ga ada yang jelas, akupun sering kehilangan izasah, susah mengurus KTP karena tempat tinggal yang selalu berpindah-pindah. Semua masalahku itu kupendam, hingga membentuk gunung dalam penderitaan batinku. Karena tak sekolah lagi, dan arah hidup yang ga jelas. Hanya di rumah saja, dan ke luarpun tidak ada uang untuk ongkos. Apalagi untuk berhura-hura. Sedangkan cobaan dari pergaulan remaja saat itu besar sekali. Seperti kalau tak punya pacar, sangat memalukan. Apalagi yang tidak pernah pacaran. Karena pandangan itulah aku kadang merasa kesepian, ada lagi pengaruh lingkungan kalau ga clubbing dianggap ga gaul jadi remaja. Sepertinya besar sekali masa-masa westernisasi saat itu. Remaja mudah dipengaruhi , karena belum punya prinsif kuat dan masih labil dan suka ikut-ikutan. Kalau trend tauran, ya ikut-ikutan. Entah apa faktor penyebabnya. Narkoba juga begitu, demo di mana-mana dan penjarahan. Sungguh negara yang kacau. Satu-satunya saksi orang-orang yang pernah melewati masa 1992 atau1995. Masa pelengseran Presiden dan pergantian beberapa Presiden. Ibaratnya riak dan suasana warga Indonesia tercermin ke luar dan membeludak tidak karuan, seperti kejadian- kejadian tragis itu. Aku sering berkurung di rumah, kesepian, mentok sana mentok sini. Dan aku benar-benar mengalami stuck in the moment. Di sinilah masa batinku berteriak mencari Tuhan. Mungkin orang sekilas dari luar tidak akan memahami rasaku saat itu. Tapi rasa itu begitu hidup dan menyedot enerjiku. Karena aku masih remaja yang mencari identitas diri. Akupun pernah ikut-ikutan arus lingkungan. Masa itu aku mencoba masuk ke kalangan remaja yang lagi ngetrend. Aku tak tahu mana yang salah dan benar, saat itu. Aku hanya ingin hidup. Dan ingin punya teman, aku ingin bahagia dan bersenang-senang seperti remaja pada umumnya. Saat seperti ini aku coba mau clubing untuk had fun. Itulah alasanku. Had fun yang sebenarnya aku tak tahu. Karena suntuk di rumah, bosan, bingung, kesepian, rindu dengan pria kekasih pertamaku. Akhirnya aku berniat mencari pria lain, dan berusaha melupakannya. Aku pergi clubbing untuk yang pertama kalinya. Di sana aku benar-benar eksfresikan diriku. Dan di situlah aku bertemu dengan Dia. Inilah awal kisah cintaku dengan Dia. Aku bukanlah dengannya di dalam Club itu.Tapi hatiku saat itu meraba siapa yang layak jadi kekasihku. Hingga ada beberapa orang pria yang aku kenal malam itu. Dan anehnya hanya 2 orang yang bisa aku bawa namanya kembali ke rumahku, setelah semalaman nginap di rumah temanku. Aku dekat dengan si X malam itu, Dialah teman spesialku malam itu. Meskipun aku kenal dengan si R, pertama kali’. Puas bersenang-senang di club itu, berharap penderitaan hatiku hilang, esoknya perasaanku kembali gersang dan garing kembali. Berharap si X yang menelponku, Eh ternyata saat di malam itu aku mabuk dan salah memberikan nomor Hpku. Lagipula aku belum punya Hp, nomor adeku yang aku kasih. Entah kenapa tiba-tiba si R’ yang menelponku. Aku jujur tidak begitu respect padanya. Tanpa kusadari ternyata Dialah yang jadi The Second Love dan First Kissku yang mendalam. Teleponnya sering menggangguku, aku kurang senang karna yang kuharapkan ternyata bukan Dia, tapi si X. Dengan sikapku yang seperti itu membuat si R makin suka dan semakin penasaran padaku. Banyak ajakan dan usahanya untuk mendekatiku, kutolak mentah-mentah. Hingga lama-lama aku kasian padanya. Dan mulai membuka hatiku padanya. Kamipun sering ngobrol baru sebatas telpon. Sudah sangat kenal sifat dan karakter masing-masing. Diapun mengajakku untuk bertemu. Tapi aku belum mau. Dia sering ajak aku main bilyard, nonton bioskop, saat itu sedang marak-maraknya liga sepakbola Dunia. Dia mengajakku nonton bareng. Dan aku selalu menolaknya. Aku malah mengajaknya masuk ke komunitas pengajianku. Diapun punya alasan sempurna untuk menolak ajakanku itu. Akhirnya Dia ingin ke rumahku. Saat itu masa puasa Ramadhan kami terus saling berhubungan, kadang Dia menelpon saat aku teraweh di masjid, ke pengajianku. Hingga hari terakhir puasapun tiba, Dia ngotot ingin takbiran bersamaku. Akupun tak bisa tapi menyesal menundanya. Aku terus merasa bersalah padanya. Hingga setelah lebaran berlalu akupun memberanikan diri untuk bertemu Dia yang kedua kali setelah di club itu. Rasanya waktu itu hampir 2 tahun. Proses pendekatan kami cukup lama untuk memutuskan pada akhirnya bertemu. Mungkin aku termasuk yang susah jatuh cinta pada pria setelah aku jatuh cinta pada pria sebelumnya. Kami bertemu di suatu tempat yang kami rencanakan. Sepertinya Dia tak main-main dan sangat penasaran padaku. Sepulang latihan basket dengan pakaian selayaknya cowok berkeringat sepulang latihan basket. Dia dengan Pd bertemu denganku. Oh, surprise banyak sekali perbedaan saat pertama kali bertemu. Aku tak sadar lama juga kami Pdkt. Dan jujur aku kurang ingat Dia di Club malam itu. Dia tampan sekali dan Dia pun langsung memuji, saat pulang dari pertemuan itu, dia langsung menelponku dan meminta tanggapanku bagaimana Dia. Kami suka bercanda di telpon. Kami sepertinya sedang disatukan Dewi cinta/cupid menembak kedua hati kami. Dia pun ngotot mau bertemu aku lagi yang ketiga kalinya. Aku seperti biasa berpegang pada prinsifku tak mau ke luar dengan orang lain. Kalau keluargaku belum kenal. Akupun memberanikan diri mengundangnya ke rumahku. Dengan rasa yang bercampur baur di hatiku. Deg- degan dan gelisah setengah mati. Aku tak bisa menceritakannya. Maklum itu baru pertama bagiku. Dan aku cukup memuji Dia tentang usahanya mendekatiku. Kalau aku menolaknya aku akan menyesal setengah mati. Disisi lain aku merasa takut untuk mencintainya, tapi aku jujur ingin dicintai. Lagipula ini masa-masa yang kunanti selama ini. Apalagi ini yang pertama bagiku mendekati pria lain secara langsung. Memang kami belum jadian tapi aku merasa seperti Dia ingin melamarku saja. Apalagi Dia memutuskan untuk datang ke rumahku. Aku tak bisa lupakan semua rasaku itu. Kadang aku takut ditolak dan tidak dicintai, disisi lain aku takut mencintai. Pokoknya aku masih belajar saat itu. Kadang aku merasa terlalu nekad, disisi lain aku merasa jual mahal. Entahlah! Yang terpenting kuniatkan untuk melalui semuanya apapun resikonya. Aku siap. Dan modalku hanya satu jujur dan menjadi apa adanya diriku. Aku tak mau berpura-pura. Lo, kenapa jadi kaya mau bertempur begini. Hihi... Aku sama sekali menyambut Dia dengan kepolosan dan kejujuranku. Aku tak berdandan. Aku ingin tunjukkan inilah aku, yang alami dan tak dibuat-buat. Sebelum bertemu Dia di rumahku aku sudah memasang doa untuk disempurnakan dan diberikan yang terbaik untuk hubungan kami. Aku juga sudah memantapkan dan membulatkan niatku. Diapun masuk ke halaman rumahku, dan aku berdiri menyambutnya dengan genggaman Hp di tanganku yang selalu dihubungi olehnya agar tak lepas dari petunjukku menuju lokasi rumahku. Kali ini Dia yang rapih dan aku cuek. Dia juga sopan, sangat baik. Dia menyentuh tanganku. “Eh! Jangan ke mana-mana ,” katanya. Saat aku menuju ke dapur berniat mengambil minuman untuknya. “Sebentar, aku mau buatkan minum. Kamu mau minum apa? “, Tanyaku dengan suara yang agak ditahan dan terbata-bata, menahan emosi dan rasa yang ada di hatiku yang bercampur- campur. Sedang Dia dengan tenangnya dan sangat santun. Dia terus memandang dalam, ke mataku. Seakan terbaca, inilah cewek yang selama ini kudekati dan setiap malam aku bicara dengannya di telpon. Aku jujur kurang pandai pacaran. Mungkin baginya saat itu aku kaku. Ach, tersrahlah! Yang jelas Dia ingin selalu dekat denganku. Akupun berusaha mengatasi emosi yang beriak di hatiku. Kuredam dengan sedikit bicara, dan mencoba memperkenalkan Ibuku. Kemudian memperkenalkan satu-satunya pengganti ayahku saat itu, abang kesayanganku, karena kakak-kakakku yang lain di kota lain. Abangku mulai mengenalinya. Mereka bicara lama. Aku beranjak dari tempat dudukku, dan meninggalkan mereka berdua. Aku bergegas untuk shalat magrib. Mereka asyik terus ngobrol, sesekali aku datang. Dan Dia ingin sekali dekat denganku, selalu melihat eksfresi wajahku sekali-kali, sambil bicara dengan kakakku. Saat Dia beranjak mau pulang dan berpamitan dengan keluargaku, rasaku sangat bahagia dan takut sekali. Aku bahagia karena keluargaku sepertinya menyukainya. Dan aku takut, takut Dia pergi dan tak pernah bertemu aku lagi. Kami tidak jadi menonton bareng, seperti yang kami rencanakan sebelum Dia datang. Mungkin Dia yakin tidak akan diperbolehkan karena sudah malam, lagipula Dia mulai mengenal keluargaku dan semua tentang aku. Akhirnya Dia mengurungkan diri minta izin pada Ibuku untuk mengajakku pergi nonton malam itu. First Kissku pun terjadi Aku pun mengantarnya ke luar untuk berpamitan pulang. Saat kami berdua di halaman rumah. Entah kenapa, saat Dia mau pergi dan menaiki motornya, entah enerji apa. Kami saling tarik menarik dan spontas Firs kiss bagikupun terjadi. Dia mencium bibirku. Dan aku kembali mencium pipinya sambil memeluknya. Di hatiku aku yakin sekali Dia akan kembali untukku dan aku yakin sekali Dia mencintaiku. Tanpa suara dan salam Good Bye dan lambain tangan, tersorot di kedua mata kami. Mata kedua pasangan yang baru saja saling jatuh cinta. Dan dilanda kemesraan, kasmaran. Selalu Menanngis di Heningan malam Menahan deru kangen yang dalam padaNya Saat Dia mencium bibirku aku merasa….. yah hanya merasa. Aku sosok gadis yang sedang dicintai dan mencintai seorang pria. Setelah itu hanya diam dan entahlah aku merasakan sesuatu yang hening dan semua sudah semestinya. Hanya ada satu yang menyatu di hatiku. Dia mencintaiku dan menyayangiku, meskipun Dia belum ucapkan kata-kata indah itu. Hatiku serasa sudah menyatu dengan Dia. Dan aku sangat yakin Dia akan jadi milikku. Dia akan jadi suamiku. Jujur saja kedatangannya ke rumahku seperti aku sudah menikah dengan Dia, dan aku seakan sudah mengenal Dia lama sekali. Ternyata betul tak bebarapa menit kemudian Dia menelpon aku dan memberi massage di Hpku, I Love You, aku sangat sayang sama kamu. Tapi yang pertama membaca massage itu, adik perempuanku. Tiba-tiba Dia (adikku) mengirim ke Hpnya, agar aku tidak tahu. Entah apa maksudnya, katanya sih biar aku jangan terlalu berlebihan menyukai Dia. Nanti aku malah kecewa. Aku tidak pernah tahu massagenya itu, tapi di dalam benakku berharap Dia mengatakan itu setelah Dia menciumku. Tapi aku tetap yakin Dia mencintaiku. Aku begitu bahagia, dan jiwaku terasa terbang ke angkasa jagad raya. Mamahku selalu jadi sahabat setiaku dan tempat curahan segala rasaku. Tiba-tiba spontan aku ingin membagi rasa bahagiaku itu dan akupun menceritakan kalau Dia tadi menciumku. Aku mengira mamahku ikut bahagia ternyata mamahku geram. Apalagi mamahku punya trauma dengan kisah cinta kakak perempuanku yang hamil di luar nikah, mamahku takut aku seperti itu, untuk yang kedua kalinya Dia takut salah mendidik anaknya Akhirnya mamahku memarahiku dan menangis. Dia memaksaku untuk menelon pacarku itu dan memutuskan hubungan kami yang baru saja bersemi selang beberapa detik. Aku tak punya cara lain apalagi adik perempuanku juga sepaham dengan mamahku. Aku merasa tertekan tetapi meski begitu aku yakin Dia pria yang baru saja kucintai pasti kembali padaku. Hanya Tuhan dan Aku yang tahu apa yang ada dalam hatiku saat itu. Akupun memberanikan diri menelponnya hanya sms yang berisi: ” maaf, tadi bukan aku, jadi untuk sementara jangan pernah dekati aku lagi, jangan ganggu aku, kita jadi teman saja dulu. Ternyata Dia salah paham tentang maksud ku itu. Dia kira aku tak mencintainya, dan dia kira itu balasan message yang dikirimnya padaku, I Love U’ yang tidak kuketahui ternyata disembunyikan adikku. Kemudian Dia menelpon rumahku dan mamahku tidak memperbolehkan aku mengangkatnya. Selalu saja berdering hampir jam 12 malam. Diapun mengirim sms ke Hpku. “Sayang, please angkat donk telponnya. Aku mau minta maaf ke kamu. Kamu marah yah aku cium kamu. Karena telpon terus berdering aku pun mengangkatnya. Saat di telpon, aku marah padanya. Dan Dia sangat baik dan mendengarkanku . Dia bilang kenapa sayang, kamu tidak menamparku tadi. Aku marah, kenapa kau menelpon aku. Kenapa suka ganggu aku. Truz Dia balik nanya, : Katanya kamu bukan yang itu, lalu kamu yang mana? Aku dengan terbata- bata berucap, aku punya dua kepribadian. Diapun balik bertanya, kamu yang mana sih?“ dengan nada bingung. Akupun jujur merasa sedih dan hatiku juga perih mengatakan ini tapi harus aku katakan, serasa menyakiti diriku sendiri, karena berkata kasar padanya. Kata mamah dan adikku. Kalau Dia memang cinta dan sayang sama kamu, Dia pasti menemui dan kembali padamu apapun rintangannya. Akupun mulai yakin dan percaya aku menyimpan harapan besar kalau Dia pasti kembali padaku. Karena Dia mencintaiku dan menciumku. Sangking yakinnya, aku tak begitu sakit hati Dia meninggalkanku, sebari menunggu harapan dan Dia pasti menghubungiku. Hanya menunggu, hanya menunggu itu yang jadi harapanku. Dia pasti kembali. Sebenarnya Dia salah paham tentang ucapanku, untuk sementara kita jadi teman saja dulu. Maksudku agar kami penjajakan dulu dan serius menuju Pernikahan. Jujur saja dari dulu aku ingin sekali menikah muda. Dan ingin punya kehidupan sendiri, ke luar dari masalah yang menimpaku selama ini. Merasa beban pada kakak- kakakku yang sudah merried. Dan punya anak. Maklum ayahku t’lah lama meninggal dan aku dan adikku jadi tanggung jawab kakak- kakakku Tapi apa boleh buat harapan besar menyimpan penderitaan yang dalam. Dia tak pernah tahu harapan besarku untuknya. Sampai detik ini Dia tak pernah tahu sampai aku menyimpannya hampir 3 tahun. Sepertinya karma dan bab hidupku masih terulang, mencintai dan memberikan harapan pada pria yang tidak lagi mencintaiku lagi. Seperti pria sebelumnya tak pernah tahu perasaanku. Seharusnya aku tak sesakit ini, itu semua karena aku terlalu yakin dan berharap dari awal, aku yakin Dia pasangan hidupku. Yang terpenting aku bisa lebih mengenal Tuhan, Diriku, Cinta meski melalui dirimu. Aku sudah cukup bersyukur dengan itu. Aku juga tak peduli lagi kamu di mana sekarang dan apa yang sedang kau rasakan padaku. Kalaupun sekarang aku menderita menahan rinduku. Pasti suatu saat aku yakin akan bertemu denganMu, mungkin di kehidupan baru. Di dunia lain. Aku tidak menyesal punya rasa cinta. Aku tak menyesal mencintai pria yang tidak tahu perasaanku. Karena aku terlahir sebagai pecinta. Aku terlahir dan tercipta untuk bercinta, mencintai dan dicintai. Hanya hati yang tak bisa dibohongi, eksfresi di luar. Tidak menjamin perasaan yang ada di dalam batin. Bisa saja kamu dekat dengan beberapa gadis tapi di dalam hatimu masih mengenang aku, sebaliknya akupun begitu . Bisa jadi kamu bilang tak mencintaiku dan membenciku, tapi hatimu menyayangiku. Bisa juga sebaliknya. Hati yang jujur pasti terungkap ke luar. Cara mengetahui seseorang mencintai kita, perlu diuji. Kecemburuannya. Rindu ga Dia. Bagaimana matanya, bahasa tubuhnya. Tatap dalam matanya. Jauhi Dia dulu apa Dia membutuhkan kita Bagaimana perhatiannya rasa sayangnya, “ saling mendukung dan membutuhkan” Apa Dia nyaman dan bahagia di dekat kita. Apa Dia benar-benar mengenal dan memahami kita. Apa Dia berusaha menunjukkan sisi terbaiknya di depan kita, lebih semangat dan energinya lebih positif, memberi contoh baik. Keakuannya lebih menonjol. Uji apa Dia ingin selalu bersama dekat denganmu. Kita tak akan bisa jatuh cinta sebelum mencintai diri kita. Satu hal yang ingin aku miliki di dunia ini. Hanya satu saja. Cinta. Bermain indah dengan cinta.