Seabrek Fungsi Protein Women's Health Wed, 18 Feb 2004 07:58:00 WIB Fungsi protein tak terhitung banyaknya. Kalau konsumsinya kurang, atau tak pandai memanfaatkannya, bisa timbul banyak masalah kesehatan. Protein sangat penting bagi tubuh manusia. Setiap sel dalam tubuh kita mengandung protein, termasuk kulit, tulang, otot, kuku, rambut, air liur, darah, hormon, dan enzim. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar kedua setelah air. Diperkirakan 50% berat kering sel dalam jaringan hati dan daging terdiri dari protein. Sedangkan dalam tenunan daging segar sekitar 20%. Protein ditemukan dalam berbagai jenis bahan makanan, mulai dari kacang-kacangan, biji-bijian, daging unggas, seafood, daging ternak, sampai produk susu. Buah dan sayuran memberikan sedikit protein. Pemilihan sumber protein ini mesti bijaksana, karena banyak makanan yang tinggi protein juga tinggi lemak dan kolesterol. Mutu protein dinilai dari perbandungan asam-asam amino (penyusun protein) yang menyusunnya. Sampai kini dikenal 24 jenis asam amino, terdiri dari 10 asam amino esensial dan 14 asam amino non-esensial. Asam amino esensial yakni asam amino yang tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh kita, dan harus diperoleh dari makanan. Ke-10 asam amino itu adalah lisin, leusin, isoleusin, treonin, metionin, valin, fenilalanin, histidin, dan arginin. Arginin tidak esensial bagi anak-anak dan orang dewasa, tapi berguna bagi pertumbuhan bayi. Histidin esensial bagi anak-anak tetapi tidak esensial bagi orang dewasa. Protein yang menyediakan asam amino esensial dalam perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia disebut bermutu tinggi. Sebaliknya, yang kekurangan satu atau lebih asam amino esensial disebut bermutu rendah. Jumlah asam amino non-esensial tidak dapat digunakan sebagai pedoman karena asam-asam amino itu dapat dibuat dalam tubuh. Asam amino esensial yang jumlahnya sangat kurang dalam bahan makanan disebut asam amino pembatas. Dalam biji-bijian sereal, asam amino pembatasnya adalah lisin, sedangkan dalam kacang-kacangan biasanya metionin. Karenanya, protein dari bahan-bahan makanan ini bermutu rendah. Sedangkan protein dari daging, telur, susu, dapat menyediakan asam-asam amino esensial, sehingga disebut protein bermutu tinggi. Kalau kita terlalu banyak mengonsumsi protein bermutu rendah dan tidak bervariasi, kita akan kekurangan asam amino pembatas ini dan mulai menderita gejala-gejala kekurangan protein. Namun bahkan jika kita tidak makan protein hewani, kita bisa memenuhi kebutuhan protein sepanjang menyertakan bahan pangan nabati berprotein tinggi seperti kacang-kacangan, lentil, tahu, dan tempe, dan mengombinasikannya dengan protein dari biji-bijian seperti gandum, jagung, beras, atau oatmeal. Dengan mengombinasikan dua jenis protein nabati itu, kedua protein akan saling melengkapi. Begitu juga mengombinasikan konsumsi protein nabati dengan protein hewani akan meningkatkan mutu protein nabati. Sebab jumlah protein pembatas akan ditingkatkan dan adanya tambahan asam amino esensial lain dari protein hewani yang sebelumnya tak ada dalam protein nabati. Sindrom Muka Bengkak Kekurangan protein dalam jangka lama bisa mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan terhadap penyakit. Berbagai penelitian menunjukkan, bayi yang berberat lahir rendah biasanya berasal dari ibu hamil yang tidak mengongsumsi cukup protein selama hamil. Ibu hamil perlu mengonsumsi cukup protein sepanjang kehamilan, khususnya pada trimester kedua dan ketiga, saat pertumbuhan janin paling pesat dan payudara serta organ-organ lain ibu menjadi lebih besar untuk mengakomodasi kebutuhan janin yang main besar. Kekurangan protein pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, yang bila berlanjut parah bisa menyebabkan kuashiorkor. Anak penderita kuashuiorkor akan apatis, kurang nafsu makan, rewel, dan wajahnya bengkak akibat adanya edema (penumpukan cairan dalam sel-sel tubuh). Sedangkan bila kekurangan protein itu disertai kurangnya kalori, anak bisa menderita marasmus, yakni tubuh tinggal tulang dan kulit, muka menjadi tua. Bisa Bikin Gemuk Setiap hari, protein tubuh hilang melalui urin, feses, keringat, maupun lepasnya kulit. Jika ditotal, kehilangan protein itu sekitar 0,57 gram per kilogram berat badan (pria), dan 0,54 gram per kilogram berat badan (wanita). Untuk mengatasi faktor rendahnya mutu protein, biasanya pemasukan protein yang disarankan adalah 0,8-1,0 gram/kilogram berat badan. Jadi, wanita dengan berat badan 60 kilogram memerlukan 48-60 gram protein per hari, atau sekitar 192-240 gram daging yang mengandung protein 25%. Ibu hamil disarankan mengonsumsi 75 gram protein per hari. Tubuh kita menyimpan kelebihan protein yang kita konsumsi dalam bentuk lemak. Jadi, yang terlalu banyak makan protein bisa saja mengalami kegemukan. Fungsi Vital Protein Membentuk jaringan-jaringan baru Membentuk dan menumbuhkan jaringan janin Menjadi 'bahan bakar' jika tubuh tidak punya cukup persediaan karbohidrat dan lemak Mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah Mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh Mengatur berbagi proses metabolisme dalam tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung Bertindak sebagai bahan lapisan dinding sel Membentuk jaringan pengikat misalnya kolagen dan elastin Membentuk protein yang inert (mati) misalnya rambut dan kuku Berfungsi sebagai enzim, yang mempercepat pengolahan makanan Berfungsi sebagai plasma darah Membentuk antibodi (bahan-bahan kekebalan trubuh) Menjadi bagian sel yang dapat bergerak, misalnya pada protein otot. Kenapa Bikin Alergi? Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap oleh usus dalam bentuk asam amino. Namun kadang protein itu bisa diserap langsung dalam bentuk peptida (molekul pecahan protein) ataupun protein yang lebih sederhana. Kedua jenis protein ini diserap melalui dinding usus, lalu masuk dalam pembuluh darah. Inilah yang sering menimbulkan reaksi-reaksi alergi pada orang yang makan bahan makanan mengandung protein seperti susu, ikan laut, udang, telur, dsb.(TG)